SURALAYA
1. BATARA GURU-MANIKMAYA
SANGHYANG MANIKMAYA adalah putra ketiga Sanghyang
Tunggal dengan Dewi Wirandi/Rekatawati, putri Prabu Yuyut/Resi Rekatama, raja
Samodralaya. Ia mempunyai dua saudara kandung masing-masing bernama ; Sanghyang
Tejamaya/Antaga dan Sanghyang Ismaya. Sanghyang Manikmaya juga mempunyai tiga
orang saudara seayah lain ibu putra Dewi Darmani, putri Sanghyang Darmayaka
dari Selong, masing-masing bernama ; Sanghyang Rudra/Dewa Esa, Sanghyang
Dewanjali dan Sanghyang Darmastuti.
Sanghyang Manikmaya mempunyai 27 nama gelar, tapi yang dikenal diantaranya ; Sanghyang Jagadnata, Sanghyang Jagadpratingkah, Sanghyang Pramesti Guru, Sanghyang Siwa dan Sanghyang Girinata. Sanghyang Manikmaya adalah seorang tokoh yang mempunyai kekuasaan tertinggi di dalam dunia pewayangan.
Ia menguasai tiga benua yaitu; Mayapada (dunia Kadewatan), Madyapada (dunia makluk halus) dan Arcapada (dunia Fana/ dunia manusia di bumi).Sanghyang Manikmaya bersemayam di Kahyangan Jonggrisaloka. Ia mempunyai dua orang permaisuri, keduanya putri Umaran, hartawan di Merut dengan Dewi Nurweni, putri Prabu Nurangin, raja jin di Kalingga. Permaisuri I, Dewi Umayi berputra enam orang msing - masing bernama : Batahra Sambo, Bathara Brahma, Bathara Indra, Batahra Bayu, Bathara Wisnu dan Bathara Kala. Permaisuri II bernama Dewi Umarakti/Umaranti, berputra tiga orang masing-masing bernama ; Bathara Cakra, Bathara Mahadewa dan Bathara Asmara.
Sanghyang Manikmaya mempunyai pusaka sakti bernama Cis Kalaminta dan senjata Trisula. Ia juga memiliki aji kesaktian bernama : Aji Kawrastawan (kewaspadaan), Aji Pangambaran (pemberantasan) dan Aji Kemayan yang dapat beralih rupa sesuai dengan kehendaknya.
Sanghyang Manikmaya mempunyai 27 nama gelar, tapi yang dikenal diantaranya ; Sanghyang Jagadnata, Sanghyang Jagadpratingkah, Sanghyang Pramesti Guru, Sanghyang Siwa dan Sanghyang Girinata. Sanghyang Manikmaya adalah seorang tokoh yang mempunyai kekuasaan tertinggi di dalam dunia pewayangan.
Ia menguasai tiga benua yaitu; Mayapada (dunia Kadewatan), Madyapada (dunia makluk halus) dan Arcapada (dunia Fana/ dunia manusia di bumi).Sanghyang Manikmaya bersemayam di Kahyangan Jonggrisaloka. Ia mempunyai dua orang permaisuri, keduanya putri Umaran, hartawan di Merut dengan Dewi Nurweni, putri Prabu Nurangin, raja jin di Kalingga. Permaisuri I, Dewi Umayi berputra enam orang msing - masing bernama : Batahra Sambo, Bathara Brahma, Bathara Indra, Batahra Bayu, Bathara Wisnu dan Bathara Kala. Permaisuri II bernama Dewi Umarakti/Umaranti, berputra tiga orang masing-masing bernama ; Bathara Cakra, Bathara Mahadewa dan Bathara Asmara.
Sanghyang Manikmaya mempunyai pusaka sakti bernama Cis Kalaminta dan senjata Trisula. Ia juga memiliki aji kesaktian bernama : Aji Kawrastawan (kewaspadaan), Aji Pangambaran (pemberantasan) dan Aji Kemayan yang dapat beralih rupa sesuai dengan kehendaknya.
2. BATARA WISNU
SANGHYANG
WISNU adalah Dewa keadilan atau kesejahteraan. Badannya berkulit hitam sebagai
lambang keabadian. Ia mempunyai kendaraan berwujud garuda bernama Garuda
Briawan, mempunyai pusaka bernama Kembang Wijayakusuma danCangkok Wijayamulya.
Bila bertiwikrama, Sanghyang Wisnu mempunyai prabawa yang sangat dahsyat dan
berganti rupa menjadi Brahalasewu
Sanghyang Wisnu adalah putra kelima Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan Dewi Umayi. Ia mempunyai lima saudara kandung masing-masing bernama; Sanghyang Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu dan Bhatara Kala. Sanghyang Wisnu juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umarakti, yaitu ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara.
Sanghyang Wisnu bersemayam di Kahyangan Untarasegara. Mempunyai 3 orang permaisuri dan 18 orang putra (14 pria dan 4 wanita). Dengan Dewi Sri Widowati/Srisekar, Sanghyang Wisnu berputra ; Bathara Srigata, Bathara Srinada dan Bathari Srinadi. Dari Dewi Pratiwi berputra ; Bambang Sitija dan Dewi Siti Sundari. Sedangkan dengan Dewi Sri Pujawati berputra 13 orang masing-masing bernama ; Bathara Heruwiyana, Bathara Ishawa, Bathara Bhisawa, Bathara Isnawa, Bathara Isnapura, Bathara Madura, Bathara Madudewa, Bathara Madusadana, Dewi Srihuna, Dewi Srihuni, Bathara Pujarta, Bathara Panwaboja danBathara Sarwedi/Hardanari.
Untuk membasmi angkara murka, Sanghyang Wisnu pernah menjelma/menitis menjadi ; Matswa (ikan) untuk membunuh raksasa Hargragiwa yang mencuri Kitab Weda. Menjadi Narasingha (orang berkepala hariamau) untuk membinasakan Prabu Hiranyakasipu, berupa Wimana (orang kerdil) untuk mengalahkan Ditya Bali. Sanghyang Wisnu juga menitis pada Ramaparasu untuk menumpas para gandarwa, menitis pada Arjunasasra/Arjunawijaya untuk mengalahkan Prabu Dasamuka. menitis pada Ramawijaya untuk membinasakan Prabu Dasamuka, dan terakhir menitis pada Prabu Kresna untuk menjadi parampara/penasehat agung para Pandawa guna melenyapkan keserakahan dan kejahatan yang dilakukan oleh para Kurawa.
Sanghyang Wisnu juga pernah turun ke Arcapada menjadi raja negara Medangpura bergelara Maharaja Suman untuk menaklukan Maharaja Balya, raja negara Medanggora penjelmaan Bathara Kala. Menjadi raja di negara Medangkamulan bergelar Prabu Satmata, untuk menaklukan Prabu Watugunung yang bertindak keliru dan nyasar mengawini ibunya sendiri.
Sanghyang Wisnu adalah putra kelima Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan Dewi Umayi. Ia mempunyai lima saudara kandung masing-masing bernama; Sanghyang Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu dan Bhatara Kala. Sanghyang Wisnu juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umarakti, yaitu ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara.
Sanghyang Wisnu bersemayam di Kahyangan Untarasegara. Mempunyai 3 orang permaisuri dan 18 orang putra (14 pria dan 4 wanita). Dengan Dewi Sri Widowati/Srisekar, Sanghyang Wisnu berputra ; Bathara Srigata, Bathara Srinada dan Bathari Srinadi. Dari Dewi Pratiwi berputra ; Bambang Sitija dan Dewi Siti Sundari. Sedangkan dengan Dewi Sri Pujawati berputra 13 orang masing-masing bernama ; Bathara Heruwiyana, Bathara Ishawa, Bathara Bhisawa, Bathara Isnawa, Bathara Isnapura, Bathara Madura, Bathara Madudewa, Bathara Madusadana, Dewi Srihuna, Dewi Srihuni, Bathara Pujarta, Bathara Panwaboja danBathara Sarwedi/Hardanari.
Untuk membasmi angkara murka, Sanghyang Wisnu pernah menjelma/menitis menjadi ; Matswa (ikan) untuk membunuh raksasa Hargragiwa yang mencuri Kitab Weda. Menjadi Narasingha (orang berkepala hariamau) untuk membinasakan Prabu Hiranyakasipu, berupa Wimana (orang kerdil) untuk mengalahkan Ditya Bali. Sanghyang Wisnu juga menitis pada Ramaparasu untuk menumpas para gandarwa, menitis pada Arjunasasra/Arjunawijaya untuk mengalahkan Prabu Dasamuka. menitis pada Ramawijaya untuk membinasakan Prabu Dasamuka, dan terakhir menitis pada Prabu Kresna untuk menjadi parampara/penasehat agung para Pandawa guna melenyapkan keserakahan dan kejahatan yang dilakukan oleh para Kurawa.
Sanghyang Wisnu juga pernah turun ke Arcapada menjadi raja negara Medangpura bergelara Maharaja Suman untuk menaklukan Maharaja Balya, raja negara Medanggora penjelmaan Bathara Kala. Menjadi raja di negara Medangkamulan bergelar Prabu Satmata, untuk menaklukan Prabu Watugunung yang bertindak keliru dan nyasar mengawini ibunya sendiri.
3. BATARA BRAHMA
SANGHYANG
BRAHMA atau Brama adalah putra kedua
Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan permaisuri pertama Dewi Umayi.
Ia mempunyai lima orang saudara kandung masing - masing bernama ; Sanghyang Sambo, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu, Sanghyang Wisnu dan Bathara Kala. Sanghyang Brahma juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, yaitu putra Dewi Umarakti, masing-masing bernama ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara.
Sanghyang Brahma bersemayam di Kahyangan Daksinageni. Ia mempunyai tiga orang permaisuri dan dua puluh satu putra, 14 pria dan 7 wanita. Dari permaisuri Dewi Saci berputra dua orang bernama ; Bathara Maricibana dan Bathara Naradabrama. Dengan Dewi Sarasyati mempunyai lima orang putra bernama; Bathara Brahmanasa, Bathara Bramasadewa, Bathara Bramanasadara, Bathara Bramanarakanda dan Bathara Bramanaresi. Sedangkan dengan Dewi Rarasyati/Raraswati mempunyai empat belas orang putra dan putri, masing-masing bernama ; Dewi Bramani, Dewi Bramanistri, Bathara Bramaniskala, Bathara Bramanawara, Dewi Bramanasita, Dewi Bramaniyati, Dewi Bramaniyodi, Bathara Bramanayana, Bathara Bramaniyata, Bathara Bramanasatama, Dewi Bramanayekti, Dewi Bramaniyuta, Dewi Dresanala dan Dewi Dresawati.
Sanghyang Brahma adalah Dewa Api, maka bila bertikikrama ia dapat mengeluarkan prabawa api. Ia seorang panglima perang yang ulung, dan berkedudukan sebagai senapati angkatan perang Suralaya/Kadewatan. Sanghyang Brahma pernah turun ke Arcapada, menjadi raja di negara Medanggili bergelar Maharaja Sunda/Rajapati
Ia mempunyai lima orang saudara kandung masing - masing bernama ; Sanghyang Sambo, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu, Sanghyang Wisnu dan Bathara Kala. Sanghyang Brahma juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, yaitu putra Dewi Umarakti, masing-masing bernama ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara.
Sanghyang Brahma bersemayam di Kahyangan Daksinageni. Ia mempunyai tiga orang permaisuri dan dua puluh satu putra, 14 pria dan 7 wanita. Dari permaisuri Dewi Saci berputra dua orang bernama ; Bathara Maricibana dan Bathara Naradabrama. Dengan Dewi Sarasyati mempunyai lima orang putra bernama; Bathara Brahmanasa, Bathara Bramasadewa, Bathara Bramanasadara, Bathara Bramanarakanda dan Bathara Bramanaresi. Sedangkan dengan Dewi Rarasyati/Raraswati mempunyai empat belas orang putra dan putri, masing-masing bernama ; Dewi Bramani, Dewi Bramanistri, Bathara Bramaniskala, Bathara Bramanawara, Dewi Bramanasita, Dewi Bramaniyati, Dewi Bramaniyodi, Bathara Bramanayana, Bathara Bramaniyata, Bathara Bramanasatama, Dewi Bramanayekti, Dewi Bramaniyuta, Dewi Dresanala dan Dewi Dresawati.
Sanghyang Brahma adalah Dewa Api, maka bila bertikikrama ia dapat mengeluarkan prabawa api. Ia seorang panglima perang yang ulung, dan berkedudukan sebagai senapati angkatan perang Suralaya/Kadewatan. Sanghyang Brahma pernah turun ke Arcapada, menjadi raja di negara Medanggili bergelar Maharaja Sunda/Rajapati
4. BATARA SURYA
BATHARA
SURYA adalah Dewa Matahari yang bertugas menerangi Arcapada, memberi
perkembangan hidup dan kesehatan kepada semua makhluk yang terjadi disiang
hari. Bathara Surya adalah putra keenam Sanghyang Ismaya dengan Dewi Senggani.
Ia mempunyai sembilan orang saudara kandung, masing-masing bernama; Bathara
Wungkuam, Bathara Tambora, Bathara Wrahaspati, Bathara Siwah, Bathara Kuwera,
Bathara Candra, Bathara Yama/Yamadipati, Bathara Kamajaya dan Dewi Darmanasti.
Bathara Surya mempunyai tempat tinggal di Kahyangan Ekacakra. Ia mempunyai tiga orang permaisuri yaitu; kakak beradik Dewi Ngruna dan Dewi Ngruni, serta Dewi Prati/Dewi Haruni, putri Hyang Ramaparwa, putra Sanghyang Wening. Dengan Dewi Ngruna, Bathara Surya berputra Resi Suwarna yang kemudian menurunkan bangsa Garuda. Dengan Dewi Ngruni berputra ; Dewi Suryawati yang kemudian diperistri oleh Gatotkaca, dan Bathara Suryanirada. Sedangkan dengan Dewi Prati, Bathara Surya berputra Bathara Rawiatmaja yang kemudian menurunkan raja-raja Maespati, trah pertapaan Argasekar, trah pertapaan Grastina/keturunan Resi Gotama dengan Dewi Indradi.
Secara tidak resmi, Bathara Surya juga mengawini Dewi Kunti dan berputra Suryatmaja/Adipati Karna. Bathara Surya juga memberikan Cupu Manik Astagina kepada Dewi Indradi yang mengakibatkan ketiga putra Dewi Indradi, yaitu ; Dewi Anjani, Subali dan Sugriwa berubah wujud menjadi kera.
Bathara Surya mempunyai kereta yang ditarik oleh tujuh ekor kuda dan pernah dipinjam Batahra Wisnu untuk memusnahkan Prabu Watugunung, raja Gilingwesi. Bathara Surya pula yang mengetahui tatkala Ditya Kalarahu mencuri Tirta Amerta, hingga persembunyiannya dapat diketahui dan dapat dibinasakan oleh Bathara Wisnu.
Bathara Surya mempunyai tempat tinggal di Kahyangan Ekacakra. Ia mempunyai tiga orang permaisuri yaitu; kakak beradik Dewi Ngruna dan Dewi Ngruni, serta Dewi Prati/Dewi Haruni, putri Hyang Ramaparwa, putra Sanghyang Wening. Dengan Dewi Ngruna, Bathara Surya berputra Resi Suwarna yang kemudian menurunkan bangsa Garuda. Dengan Dewi Ngruni berputra ; Dewi Suryawati yang kemudian diperistri oleh Gatotkaca, dan Bathara Suryanirada. Sedangkan dengan Dewi Prati, Bathara Surya berputra Bathara Rawiatmaja yang kemudian menurunkan raja-raja Maespati, trah pertapaan Argasekar, trah pertapaan Grastina/keturunan Resi Gotama dengan Dewi Indradi.
Secara tidak resmi, Bathara Surya juga mengawini Dewi Kunti dan berputra Suryatmaja/Adipati Karna. Bathara Surya juga memberikan Cupu Manik Astagina kepada Dewi Indradi yang mengakibatkan ketiga putra Dewi Indradi, yaitu ; Dewi Anjani, Subali dan Sugriwa berubah wujud menjadi kera.
Bathara Surya mempunyai kereta yang ditarik oleh tujuh ekor kuda dan pernah dipinjam Batahra Wisnu untuk memusnahkan Prabu Watugunung, raja Gilingwesi. Bathara Surya pula yang mengetahui tatkala Ditya Kalarahu mencuri Tirta Amerta, hingga persembunyiannya dapat diketahui dan dapat dibinasakan oleh Bathara Wisnu.
5. BATARA KAMAJAYA
BATHARA KAMAJAYA mempunyai wajah sangat tampan.
Ia merupakan makhluk yang berwajah paling tampan di Tribuana (jagad Mayapada,
Madyapada dan Arcapada).
Bersama isterinya, Dewi Ratih/Kamaratih, putri Bathara Soma, kedua suami-istri tersebur merupakan lambang kerukunan suami-istri di jagad raya. Mereka terkenal sangat rukun, tidak pernah berselisih, sangat setia satu sama lain dan cinta mencintai.
Bathara Kamajaya adalah putra kesembilan dari kesepuluh orang saudara kandung putra Bathara Ismaya dengan Dewi Senggani. Kesembilan orang saudaranya masing-masing bernama; Bathara Wungkuam, Bathara Tambora, Bathara Wrahaspati, Bathara Siwah, Bathara Kuwera, Bathara Candra, Bathara Yama/Yamadipati, Bathara Surya dan Dewi Darmanesti.
Bathara Kamajaya bertempat tinggal di Kahyangan Cakrakembang.
Ia memiliki senjata pamungkas berupa panah sakti bernama Kyai Pancawisaya. Bathara Kamajaya pernah ditugaskan oleh Sanghyang Manikmaya untuk menurunkan Wahyu Cakraningrat kepada Raden Abimanyu/Angkawijaya, putra Arjuna dengan Dewi Sumbadra, sebagai pasangan Wahyu Hidayat yang diturunkan oleh Dewi Ratih kepada Dewi Utari, putri Prabu Matswapati, raja negara Wirata. Bathara Kamajaya sangat sayang kepada Arjuna, dan selalu membantu serta melindunginya bila Arjuna menghadapi suatu permasalahan dan marabahaya.
Sebagai makhluk yang berwujud "akyan" hidup Bathara Kamajaya bersifat abadi.
Bersama isterinya, Dewi Ratih/Kamaratih, putri Bathara Soma, kedua suami-istri tersebur merupakan lambang kerukunan suami-istri di jagad raya. Mereka terkenal sangat rukun, tidak pernah berselisih, sangat setia satu sama lain dan cinta mencintai.
Bathara Kamajaya adalah putra kesembilan dari kesepuluh orang saudara kandung putra Bathara Ismaya dengan Dewi Senggani. Kesembilan orang saudaranya masing-masing bernama; Bathara Wungkuam, Bathara Tambora, Bathara Wrahaspati, Bathara Siwah, Bathara Kuwera, Bathara Candra, Bathara Yama/Yamadipati, Bathara Surya dan Dewi Darmanesti.
Bathara Kamajaya bertempat tinggal di Kahyangan Cakrakembang.
Ia memiliki senjata pamungkas berupa panah sakti bernama Kyai Pancawisaya. Bathara Kamajaya pernah ditugaskan oleh Sanghyang Manikmaya untuk menurunkan Wahyu Cakraningrat kepada Raden Abimanyu/Angkawijaya, putra Arjuna dengan Dewi Sumbadra, sebagai pasangan Wahyu Hidayat yang diturunkan oleh Dewi Ratih kepada Dewi Utari, putri Prabu Matswapati, raja negara Wirata. Bathara Kamajaya sangat sayang kepada Arjuna, dan selalu membantu serta melindunginya bila Arjuna menghadapi suatu permasalahan dan marabahaya.
Sebagai makhluk yang berwujud "akyan" hidup Bathara Kamajaya bersifat abadi.
6. BATARA NARADA
SANGHAYANG
NARADA dikenal pula dengan nama
Sanghyang Kanwakaputra atau Sanghyang Kanekaputra. Ia adalah putra sulung dari
empat bersaudara putra Sanghyang Caturkanaka dengan Dewi Laksmi, yang berarti
cucu Sanghyang Wening, adik Sanghyang Wenang. Tiga saudara kandungnya
masing-masing bernama ; Sanghyang Pitanjala, Dewi Tiksnawati dan Sanghyang
Caturwarna.
Sanghyang Narada sangat sakti dan pernah bertapa di atas permukaan air samudra sambil menggenggam Cupu Linggamanik. Karena kesaktiaannya melebihi Sanghyang Manikmaya, ia kemudian ditundukkan dengan Aji Kemayan, sehingga beralih rupa dan wujudnya menjadi pendek bulat dan berparas jelek. Sebagai imbalan, oleh Sanghyang Manikmaya, Sanghyang Narada diangkat menjadi tuwangga (= patih) di Suralaya dan dituakan oleh Sanghyang Manikmaya dengan sebutan "kakang/kakanda".
Sanghyang Narada sangat dipatuhi/disuyudi (Jawa) oleh siapa saja yang bergaul dengannya, karena keramahannya. Ia sangat alim, pandai dalam segala ilmu pengetahuan, periang, jujur, hatinya bening, pikirannya cerdas, senang bersenda-gurau, seorang prajurit dan pandita, sehingga mendapat julukan Resi.
Sanghyang Narada tinggal di kahyangan Siddi Udaludal atau Sudukpangudaludal (pedalangan Jawa) dan menikah dengan Dewi Wiyodi. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra, masing-masing bernama ; Dewi Kanekawati, yang kemudian dianugerahkan kepada Resi Seta, putra Prabu Matswapati, raja negara Wirata, dan Bathara Malangdewa.
Sanghyang Narada sangat sakti dan pernah bertapa di atas permukaan air samudra sambil menggenggam Cupu Linggamanik. Karena kesaktiaannya melebihi Sanghyang Manikmaya, ia kemudian ditundukkan dengan Aji Kemayan, sehingga beralih rupa dan wujudnya menjadi pendek bulat dan berparas jelek. Sebagai imbalan, oleh Sanghyang Manikmaya, Sanghyang Narada diangkat menjadi tuwangga (= patih) di Suralaya dan dituakan oleh Sanghyang Manikmaya dengan sebutan "kakang/kakanda".
Sanghyang Narada sangat dipatuhi/disuyudi (Jawa) oleh siapa saja yang bergaul dengannya, karena keramahannya. Ia sangat alim, pandai dalam segala ilmu pengetahuan, periang, jujur, hatinya bening, pikirannya cerdas, senang bersenda-gurau, seorang prajurit dan pandita, sehingga mendapat julukan Resi.
Sanghyang Narada tinggal di kahyangan Siddi Udaludal atau Sudukpangudaludal (pedalangan Jawa) dan menikah dengan Dewi Wiyodi. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra, masing-masing bernama ; Dewi Kanekawati, yang kemudian dianugerahkan kepada Resi Seta, putra Prabu Matswapati, raja negara Wirata, dan Bathara Malangdewa.
7. BATARA BAYU
SANGHYANG
BAYU disebut pula Hyang Pawaka
(angin), Dewa yang melambangkan kekuatan. Ia putra ke-empat Sanghyang
Manikmaya, raja Tribuana dengan permaisuri Dewi Umayi.
Sanghyang Bayu mempunyai lima orang saudara kandung masing - masing bernama; Sanghyang Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Wisnu dan Bhatara Kala. Ia juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umarakti, yaitu ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara.
Sanghyang Bayu menurut wujudnya telah mencerminkan wataknya yang gagah berani, kuat, teguh santosa, bersahaja, pendiam dan dahsyat. Sanghyang Bayu bersemayam di Kahyangan Panglawung. Ia menikah dengan Dewi Sumi, putri Bathara Soma, dan berputra empat orang masing-masing bernama ; Bathara Sumarma, Bathara Sangkara, Bathara Sudarma dan Bathara Bismakara.
Menurut kitab Mahabharata, Sanghyang Bayu berputra pula dari Dewi Anjani, putri sulung Resi Gotama dari pertapaan Erriya/Grastina seorang anak berwujud kera putih yang diberi nama Maruti/Anoman. Sedangkan menurut pedalangan Jawa, Anoman merupakan putra Dewi Anjani dengan Bathara Guru/Sanghyang Manikmaya.
Sanghyang Bayu pernah turun ke Arcapada menjadi raja di negara Medanggora bernama Resi Boma.
Sanghyang Bayu mempunyai lima orang saudara kandung masing - masing bernama; Sanghyang Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Wisnu dan Bhatara Kala. Ia juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umarakti, yaitu ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara.
Sanghyang Bayu menurut wujudnya telah mencerminkan wataknya yang gagah berani, kuat, teguh santosa, bersahaja, pendiam dan dahsyat. Sanghyang Bayu bersemayam di Kahyangan Panglawung. Ia menikah dengan Dewi Sumi, putri Bathara Soma, dan berputra empat orang masing-masing bernama ; Bathara Sumarma, Bathara Sangkara, Bathara Sudarma dan Bathara Bismakara.
Menurut kitab Mahabharata, Sanghyang Bayu berputra pula dari Dewi Anjani, putri sulung Resi Gotama dari pertapaan Erriya/Grastina seorang anak berwujud kera putih yang diberi nama Maruti/Anoman. Sedangkan menurut pedalangan Jawa, Anoman merupakan putra Dewi Anjani dengan Bathara Guru/Sanghyang Manikmaya.
Sanghyang Bayu pernah turun ke Arcapada menjadi raja di negara Medanggora bernama Resi Boma.
8. BATARA YAMA
BATHARA YAMA dalam cerita pedalangan disebut dengan
nama Bathara Yamadipati. Ia adalah anak ke delapan dari sepuluh orang putra
Sanghyang Ismaya dengan Dewi Senggani. Kesembilan orang saudaranya
masing-masing bernama; Bathara Wungkuam, Bathara Tambora, Bathara Wrahaspati,
Bathara Siwah, Bathara Kuwera, Bathara Candra, Bathara Kamajaya, Bathara Surya
dan Dewi Darmanesti.
Bathara Yama bertempat tinggal di Kahyangan Hargadumilah. Ia dahulunya berwajah tampan. Tetapi karena memendam rasa kekecewaan yang berkepanjangan dan akhirnya meledak menjadi kebencian, wajahnya berubah menjadi bengis menyeramkan sebagai akibat perbuatan Dewi Mumpuni, istrinya. Dewi Mumpuni hapsari Kaideran yang karena terpaksa menjadi istri Bathara Yama atas perintah Sanghyang Manikmaya, akhirnya kabur dari Kahyangan Hargadumilah setelah bertemu dengan Bambang Nagatmala, putra Hyang Anantaboga dengan Dewi Suprepti dari Kahyangan Saptapratala.
Bathara Yama tidak dapat berbuat apa-apa karena Sanghyang Manikmaya memutuskan, sesuai takdir Dewi Mumpuni harus berjodoh dengan Nagatmala. Karena menahan amarah, wajah Bathara Yama berubah menjadi setengah raksasa. Oleh Sanghyang Manikmaya, Bathara Yama kemudian ditetapkan sebagai penguasa neraka dan bertugas untuk mencabut nyawa manusia yang mati karena takdir.
Bathara Yama bertempat tinggal di Kahyangan Hargadumilah. Ia dahulunya berwajah tampan. Tetapi karena memendam rasa kekecewaan yang berkepanjangan dan akhirnya meledak menjadi kebencian, wajahnya berubah menjadi bengis menyeramkan sebagai akibat perbuatan Dewi Mumpuni, istrinya. Dewi Mumpuni hapsari Kaideran yang karena terpaksa menjadi istri Bathara Yama atas perintah Sanghyang Manikmaya, akhirnya kabur dari Kahyangan Hargadumilah setelah bertemu dengan Bambang Nagatmala, putra Hyang Anantaboga dengan Dewi Suprepti dari Kahyangan Saptapratala.
Bathara Yama tidak dapat berbuat apa-apa karena Sanghyang Manikmaya memutuskan, sesuai takdir Dewi Mumpuni harus berjodoh dengan Nagatmala. Karena menahan amarah, wajah Bathara Yama berubah menjadi setengah raksasa. Oleh Sanghyang Manikmaya, Bathara Yama kemudian ditetapkan sebagai penguasa neraka dan bertugas untuk mencabut nyawa manusia yang mati karena takdir.
9. BATARA KALA
BATHARA KALA adalah putra yang ke-enam/putra
bungsu Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan Dewi Umayi. Ia satu - satunya
yang berwujud raksasa dari ke-enam saudara kandungnya, karena ia tercipta dari
"kama salah" Sanghyang Manikmaya yang jatuh ke dalam samodra dan
menjelma menjadi bayi rakasasa. Ke-lima kakak kandungnya masing-masing bernama;
Sanghyang Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu dan
Sanghyang Wisnu. Bathara Kala juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain
ibu, putra Dewi Umakarti, yaitu ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan
Sanghyang Asmara.
Bathara Kala bertempat tinggal di Kahyangan Selamangumpeng. Ia menikah dengan Dewi Pramuni, ratu penguasa makhluk siluman yang berkahyangan di Setragandamayit. Dari perkawinan tersebut Bathara Kala memperoleh lima orang putra masing-masing bernama; Bathara Siwahjaya, Dewi Kalayuwati, Bathara Kalayuwana, Bathara Kalagotama dan Bathara Kartinea.
Bathara Kala sangat sakti sejak bayi. Ketika mengamuk di Suralaya, ia hanya bisa ditaklukan oleh Sanghyang Manikmaya dengan Aji Kemayan. Kedua taringnya dipotong, yang kanan menjadi keris Kalanadah dan yang kiri menjadi keris Kaladite. Selain Sanghyang Manikmaya, hanya Sanghyang Wisnu yang dapat mengalahkan Bathara Kala.
Meskipun sakti, Bathara Kala sangat dungu dan tak pernah mulai mengadakan persoalan ataupun peperangan. Ia kerap kali bertindak salah tetapi tidak disengaja, hanya kerena kebodohannya. Bathara Kala akan membela diri dan haknya apabila diserang atau dianiaya. Membunuh makhluk lain tidak untuk kesenangan, tetapi karena kebutuhan untuk membela kehidupan. Bathara kala lazim dipergunakan sebagai lambang keangkaramurkaan.
Bathara Kala bertempat tinggal di Kahyangan Selamangumpeng. Ia menikah dengan Dewi Pramuni, ratu penguasa makhluk siluman yang berkahyangan di Setragandamayit. Dari perkawinan tersebut Bathara Kala memperoleh lima orang putra masing-masing bernama; Bathara Siwahjaya, Dewi Kalayuwati, Bathara Kalayuwana, Bathara Kalagotama dan Bathara Kartinea.
Bathara Kala sangat sakti sejak bayi. Ketika mengamuk di Suralaya, ia hanya bisa ditaklukan oleh Sanghyang Manikmaya dengan Aji Kemayan. Kedua taringnya dipotong, yang kanan menjadi keris Kalanadah dan yang kiri menjadi keris Kaladite. Selain Sanghyang Manikmaya, hanya Sanghyang Wisnu yang dapat mengalahkan Bathara Kala.
Meskipun sakti, Bathara Kala sangat dungu dan tak pernah mulai mengadakan persoalan ataupun peperangan. Ia kerap kali bertindak salah tetapi tidak disengaja, hanya kerena kebodohannya. Bathara Kala akan membela diri dan haknya apabila diserang atau dianiaya. Membunuh makhluk lain tidak untuk kesenangan, tetapi karena kebutuhan untuk membela kehidupan. Bathara kala lazim dipergunakan sebagai lambang keangkaramurkaan.
10. BATARA GANESA
BATHARA GANESA disebut pula dengan nama Bathara
Gana. Ia dewa ilmu pengetahuan berwujud raksasa berkepala gajah. Bathara Ganesa
adalah putra Bathara Guru/Sanghyang Manikmaya dengan Dewi Uma.
Ia lahir atas keinginan Bathara Guru yang menginginkan seorang putra yang ahli dalam hal mendidik. Hal ini karena Bathara Guru ingin menyadarkan Prabu Nilarudraka, raja raksasa dari negara Glugutinatar yang dengan pasukan gajahnya mengamuk di Suralaya agar keinginannya memperistri Dewi Garmayang dikabulkan Bathara Guru.Dewi Uma yang saat itu sedang mengandung, sangat terkejut dan lari ketakukan begitu melihat gajah Erawana, kendaran Bathra Indra, yang sangat luar biasa dalam bentuk dan wujudnya serta mempunyai kesan sangat mengerikan dan menakutkan.
Pengaruh ketakutan itu terwujud pada kelahiran putranya yang berwujud raksasa berkepala gajah. Anak tersebut kemudian diberi nama Bathara Ganesa.
Bathara Ganesa kemudian dibawa ke medan perang untuk dihadapkan dengan Prabu Nilarudraka. Dalam peperangan, Bathara Ganesa akhirnya dapat membunuh dan membinasakan Prabu Nilarudraka, sedangkan pasukan gajah Glugutinatar dapat dihancurkan pasukan gajah Suralaya dibawah pimpinan Batahra Indra yang menaiki gajah Erawana.
Dalam masa hidupnya, Bathara Ganesa bertugas memberi pelajaran ilmu pengetahuan kepada umat di Tribuana. Oleh karena itu ia diagung-agungkan sebagai lambang sumber segala ilmu.
Ia lahir atas keinginan Bathara Guru yang menginginkan seorang putra yang ahli dalam hal mendidik. Hal ini karena Bathara Guru ingin menyadarkan Prabu Nilarudraka, raja raksasa dari negara Glugutinatar yang dengan pasukan gajahnya mengamuk di Suralaya agar keinginannya memperistri Dewi Garmayang dikabulkan Bathara Guru.Dewi Uma yang saat itu sedang mengandung, sangat terkejut dan lari ketakukan begitu melihat gajah Erawana, kendaran Bathra Indra, yang sangat luar biasa dalam bentuk dan wujudnya serta mempunyai kesan sangat mengerikan dan menakutkan.
Pengaruh ketakutan itu terwujud pada kelahiran putranya yang berwujud raksasa berkepala gajah. Anak tersebut kemudian diberi nama Bathara Ganesa.
Bathara Ganesa kemudian dibawa ke medan perang untuk dihadapkan dengan Prabu Nilarudraka. Dalam peperangan, Bathara Ganesa akhirnya dapat membunuh dan membinasakan Prabu Nilarudraka, sedangkan pasukan gajah Glugutinatar dapat dihancurkan pasukan gajah Suralaya dibawah pimpinan Batahra Indra yang menaiki gajah Erawana.
Dalam masa hidupnya, Bathara Ganesa bertugas memberi pelajaran ilmu pengetahuan kepada umat di Tribuana. Oleh karena itu ia diagung-agungkan sebagai lambang sumber segala ilmu.
11. BATARA SAMBO
SANGHYANG SAMBO atau Sambu adalah putra sulung
Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan permaisuri pertama Dewi Umayi. Ia
mempunyai lima orang saudara kandung masing-masing bernama ; Sanghyang Brahma,
Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu, Sanghyang Wisnu dan Bathara Kala. Sanghyang Sambo
juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, yaitu putra Dewi Umarakti,
masing-masing bernama ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang
Asmara.
Sanghyang Sambo bersemayam di kahyangan Swelagringging. Ia menikah dengan Dewi Hastuti, putri Sanghyang Darmastuti, cucu Sanghyang Tunggal dengan Dewi Darmani. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh empat orang putra masing-masing bernama ; Bathara Sambosa, Bathara Sambawa, Bathara Sambujana dan Bathara Sambodana.
Bathara Sambo memiliki sifat dan perwatakan ; jujur dan terpercaya, bertanggung jawab, dan cakap. Karena itu apabila ada masalah yang harus dirundingkan atau diselesaikan, Bathara Sambolah yang diminta menyelesaikannya. Ia sangat sakti, dan apabila bertiwikrama dari tubuhnya akan keluar prabawa hawa yang dapat menundukkan lawannya. Bathara Sambo pernah turun ke arcapada dan menjadi raja di negara Medangprawa bergelar Sri Maharaja Maldewa
Sanghyang Sambo bersemayam di kahyangan Swelagringging. Ia menikah dengan Dewi Hastuti, putri Sanghyang Darmastuti, cucu Sanghyang Tunggal dengan Dewi Darmani. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh empat orang putra masing-masing bernama ; Bathara Sambosa, Bathara Sambawa, Bathara Sambujana dan Bathara Sambodana.
Bathara Sambo memiliki sifat dan perwatakan ; jujur dan terpercaya, bertanggung jawab, dan cakap. Karena itu apabila ada masalah yang harus dirundingkan atau diselesaikan, Bathara Sambolah yang diminta menyelesaikannya. Ia sangat sakti, dan apabila bertiwikrama dari tubuhnya akan keluar prabawa hawa yang dapat menundukkan lawannya. Bathara Sambo pernah turun ke arcapada dan menjadi raja di negara Medangprawa bergelar Sri Maharaja Maldewa
12. BATARA ISMAYA
SANGHYANG ISMAYA (Semar) adalah putra kedua
Sanghyang Tunggal dengan Dewi Wirandi/Rekatawati, putri Prabu Yuyut/Resi
Rekatama, raja Samodralaya.
Ia mempunyai dua saudara kandung bernama Sanghyang Tejamaya/Sanghyang Antaga dan Sanghyang Manikmaya. Sanghyang Ismaya juga mempunyai tiga orang saudara kandung seayah lain ibu, putra Dewi Darmani, putri Sanghyang Darmayaka dari Selong, masing-masing bernama ; Sanghyang Rudra/Dewa Esa, Sanghyang Dewanjali dan Sanghyang Darmastuti.
Sanghyang Ismaya dikenal pula dengan nama Sanghyang Punggung (Purwakanda). Ia menikah dengan Dewi Senggani, putri Sanghyang Wening. Dari perkawinan tersebut ia mendapatkan 10 orang putra masing-masing bernama ; Bathara Wungkuam, Bathara Tembora, Bathara Kuwera, Bathara Wrahaspati, Bathara Syiwah, Bathara Surya, Bathara Chandra, Bathara Yama/Yamadipati, Bathara Kamajaya dan Bathari Darmastutri
Sanghyang Ismaya berwajah tampan.
Suatu ketika ia berkelahi dengan Sanghyang Tejamaya karena memperebutkan siapa yang tertua diantara mereka dan yang berhak menjadi raja Tribuana.
Akibatnya wajah mereka menjadi jelek. Oleh Sanghyang Tunggal mereka diberitahu, bahwa dahulu mereka lahir berwujud telor. Yang tertua Sanghyang Tejamaya (tercipta dari kulit telur, kemudian Sanghyang Ismaya (tercipta dari putih telur) dan Sanghyang Manikmaya yang tercipta dari kuning telur.
Karena kesalahannya itu, Sanghyang Ismaya dan Sangyang Tejamaya harus turun ke Marcapada. Sanghyang Tejamaya mendapat tugas memberi tuntunan para angkara dan berganti nama menjadi Togog.
Ia mempunyai dua saudara kandung bernama Sanghyang Tejamaya/Sanghyang Antaga dan Sanghyang Manikmaya. Sanghyang Ismaya juga mempunyai tiga orang saudara kandung seayah lain ibu, putra Dewi Darmani, putri Sanghyang Darmayaka dari Selong, masing-masing bernama ; Sanghyang Rudra/Dewa Esa, Sanghyang Dewanjali dan Sanghyang Darmastuti.
Sanghyang Ismaya dikenal pula dengan nama Sanghyang Punggung (Purwakanda). Ia menikah dengan Dewi Senggani, putri Sanghyang Wening. Dari perkawinan tersebut ia mendapatkan 10 orang putra masing-masing bernama ; Bathara Wungkuam, Bathara Tembora, Bathara Kuwera, Bathara Wrahaspati, Bathara Syiwah, Bathara Surya, Bathara Chandra, Bathara Yama/Yamadipati, Bathara Kamajaya dan Bathari Darmastutri
Sanghyang Ismaya berwajah tampan.
Suatu ketika ia berkelahi dengan Sanghyang Tejamaya karena memperebutkan siapa yang tertua diantara mereka dan yang berhak menjadi raja Tribuana.
Akibatnya wajah mereka menjadi jelek. Oleh Sanghyang Tunggal mereka diberitahu, bahwa dahulu mereka lahir berwujud telor. Yang tertua Sanghyang Tejamaya (tercipta dari kulit telur, kemudian Sanghyang Ismaya (tercipta dari putih telur) dan Sanghyang Manikmaya yang tercipta dari kuning telur.
Karena kesalahannya itu, Sanghyang Ismaya dan Sangyang Tejamaya harus turun ke Marcapada. Sanghyang Tejamaya mendapat tugas memberi tuntunan para angkara dan berganti nama menjadi Togog.
13. BATARA ANTAGA
TOGOG dikenal
pula dengan nama Tejamantri atau Catugora. Ia diyakini sebagai pengejawantahan
dari Sanghyang Antaga/Tejamaya, putra sulung dari tiga bersaudara, putra
Sanghyang Tunggal dengan Dewi Rekatawati. Dua saudaraya yang lain adalah
Sanghyang Ismaya dan Sanghyang Manikmaya.
Karena melakukan suatu kesalahan, Sanghyang Antaga oleh ayahnya diperintahkan turun ke arcapada dengan tugas membina dan memberi tuntunan kepada golongan asura (golongan raksasa dan angkara). Ketika akan turun ke arcapada, Sanghyang Antaga meminta kepada Sanghyang Tuggal agar diberikan seorang kawan yang bisa mendjadi teman bertukar pikiran dan bercanda. Sanghyang Tanggal kemudian menyuruh Sanghyang Antaga mencari anak jin bernama Sarawita yang kala itu sedang bertapa di dasar samodra. Ketika menjumpa Sarawita, Sanghyang Antaga sangar terkejut karena anak jin itu bertapa dengan mulut terbuka lebar dan mulutnya penuh dengan binatang laut.
Sanghyang Antaga kemudian menghentikan tapa Sarawita dan memintanya untuk jadi pengikutnya. Sarawita yang merasa sakti menjadi marah apalagi ajakan Sanghyang Antaga sangat bertentangan dengan keinginannya yang ingin menguasai dunia. Mereka lalu mengadu kesaktian. Begiti kalah Sarawita lalu menyatakan kesediaannya menjadi pengkut Sanghyang Antaga dan bersedia jadi adik angkatnya. Mareka kemudian merubah wujudnya dan berganti nama, Sanghyang Antaga menjadi Togog dan Sarawita menjadi Bilung.
Togog digambarkan sebagai manusia bermata besar dan bermulut sangat lebar/luas mengkiaskan bahwa ia mempunyai pengetahuan yang sangat luas, karena banyak hal yang diketahuinya.
Togog hidup sampai akhir jaman Purwa. Bahkan pada awal jaman Madya, tokoh Togog masih sering ditampilkan, namun sudah sangat tua.
Karena melakukan suatu kesalahan, Sanghyang Antaga oleh ayahnya diperintahkan turun ke arcapada dengan tugas membina dan memberi tuntunan kepada golongan asura (golongan raksasa dan angkara). Ketika akan turun ke arcapada, Sanghyang Antaga meminta kepada Sanghyang Tuggal agar diberikan seorang kawan yang bisa mendjadi teman bertukar pikiran dan bercanda. Sanghyang Tanggal kemudian menyuruh Sanghyang Antaga mencari anak jin bernama Sarawita yang kala itu sedang bertapa di dasar samodra. Ketika menjumpa Sarawita, Sanghyang Antaga sangar terkejut karena anak jin itu bertapa dengan mulut terbuka lebar dan mulutnya penuh dengan binatang laut.
Sanghyang Antaga kemudian menghentikan tapa Sarawita dan memintanya untuk jadi pengikutnya. Sarawita yang merasa sakti menjadi marah apalagi ajakan Sanghyang Antaga sangat bertentangan dengan keinginannya yang ingin menguasai dunia. Mereka lalu mengadu kesaktian. Begiti kalah Sarawita lalu menyatakan kesediaannya menjadi pengkut Sanghyang Antaga dan bersedia jadi adik angkatnya. Mareka kemudian merubah wujudnya dan berganti nama, Sanghyang Antaga menjadi Togog dan Sarawita menjadi Bilung.
Togog digambarkan sebagai manusia bermata besar dan bermulut sangat lebar/luas mengkiaskan bahwa ia mempunyai pengetahuan yang sangat luas, karena banyak hal yang diketahuinya.
Togog hidup sampai akhir jaman Purwa. Bahkan pada awal jaman Madya, tokoh Togog masih sering ditampilkan, namun sudah sangat tua.
14. BATARA ENDRA-INDRA
SANGHYANG
INDRA adalah Dewa Keindahan yang
memerintah dan menguasai bidadari / hapsari di Kahyangan Kainderan. Ia
merupakan putra ketiga Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan permasuri Dewi
Umayi. Sanghyang Indra mempunyai lima orang saudara kandung masing-masing
bernama, Sanghyang Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Bayu, Sanghyang Wisnu dan
Bathara Kala.
Ia juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, putra Sanghyang Manikmaya dengan Dewi Umarakti yaitu ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara.
Sanghyang Indra sangat sakti. Apabila bertiwikrama mempunyai perbawa halilintar. Ia juga mempunyai kendaraan gajah yang sangat besar bernama Erawana. Sanghyang Indra mempunyai perwatakan ; pengasih, penyayang dan cinta kepada seni serta keindahan. Ia bertahta di Kahyangan Tinjamaya danmempunyai istri bernama Dewi Wiryati. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh tujuh orang putra-putri masing-maising bernama : Dewi Tara, Dewi Tari, Bathara Citrarata, Bathara Citragama, Bathara Jayantaka, Bathara Jayantara dan Bathara Harjunawangsa.
Putri Sanghyang Indra, Dewi Tara dianugerahkan kepada Prabu Sugriwa, raja kera kerajaan Goa Kiskenda yang kemudian diambil Resi Subali dan mempunyai anak berujud wanara (manusia kera) bernama Anggada. Sedangkan Dewi Tari menjadi istri Prabu Dasamuka, raja raksasa kerajaan Alengka dan mempunyai anak bernama Indrajid atau Megananda.
Sanghyang Indra pernah menjadi raja di Arcapada di negara Medanggana bergelar Maharaja Sukra. Ia juga pernah berubah wujud menjadi brahmana tua bernama Resi Padya untuk membangunkan tapa Arjuna yang bergelar Bagawan Ciptaning di Goa Mintaraga, hutan Kaliasa gunung Indrakila.
Ia juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, putra Sanghyang Manikmaya dengan Dewi Umarakti yaitu ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara.
Sanghyang Indra sangat sakti. Apabila bertiwikrama mempunyai perbawa halilintar. Ia juga mempunyai kendaraan gajah yang sangat besar bernama Erawana. Sanghyang Indra mempunyai perwatakan ; pengasih, penyayang dan cinta kepada seni serta keindahan. Ia bertahta di Kahyangan Tinjamaya danmempunyai istri bernama Dewi Wiryati. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh tujuh orang putra-putri masing-maising bernama : Dewi Tara, Dewi Tari, Bathara Citrarata, Bathara Citragama, Bathara Jayantaka, Bathara Jayantara dan Bathara Harjunawangsa.
Putri Sanghyang Indra, Dewi Tara dianugerahkan kepada Prabu Sugriwa, raja kera kerajaan Goa Kiskenda yang kemudian diambil Resi Subali dan mempunyai anak berujud wanara (manusia kera) bernama Anggada. Sedangkan Dewi Tari menjadi istri Prabu Dasamuka, raja raksasa kerajaan Alengka dan mempunyai anak bernama Indrajid atau Megananda.
Sanghyang Indra pernah menjadi raja di Arcapada di negara Medanggana bergelar Maharaja Sukra. Ia juga pernah berubah wujud menjadi brahmana tua bernama Resi Padya untuk membangunkan tapa Arjuna yang bergelar Bagawan Ciptaning di Goa Mintaraga, hutan Kaliasa gunung Indrakila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar